Deiyai, CNN Indonesia.id – Pemerintah Kabupaten Deiyai, Papua, memulai program baru yang memanfaatkan pagar tradisional “Me Eda” dari Suku Mee sebagai pagar perkantoran pemerintah. Inisiatif ini bertujuan untuk melestarikan budaya Suku Mee dan sekaligus mendukung ekonomi masyarakat lokal.(29/09/2024).
“Me Eda” adalah pagar kayu yang dibuat dengan bahan alami seperti kayu, rotan, dan tanaman pago, yang banyak terdapat di hutan-hutan Deiyai. Secara tradisional, pagar ini digunakan masyarakat sebagai penanda batas wilayah dan memiliki makna simbolis sebagai penanda sosial serta identitas budaya.
Membangkitkan Ekonomi Lokal melalui “Eda Wotataibage”
Penggunaan “Me Eda” tidak hanya sebagai pelestarian budaya, tetapi juga memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat lokal. Program ini mengusung konsep “Eda Wotataibage”, yang berarti “pengembalian ekonomi rakyat”. Dengan penggunaan pagar tradisional ini, pemerintah berharap dapat memberikan pemasukan bagi masyarakat setempat melalui produksi dan distribusi pagar.
Bupati Deiyai menyatakan, “Dengan memanfaatkan pagar tradisional, dana yang dianggarkan untuk pembangunan pagar tidak akan masuk ke pihak pengusaha besar, tetapi langsung ke masyarakat. Kami ingin uang berputar di tingkat rakyat.”
Program ini melibatkan pengrajin lokal yang memiliki keahlian dalam membuat “Me Eda”, sehingga mereka bisa mendapatkan penghasilan tambahan. Program ini juga akan membuka peluang kerja baru, khususnya bagi mereka yang membutuhkan pekerjaan.
Manfaat Ekonomi dan Sosial
Menurut data Pemkab Deiyai, dalam 6 bulan pertama program ini akan membutuhkan 500 kubik pagar kayu dengan biaya sekitar Rp 2 miliar. Dengan demikian, dalam setahun anggaran yang digelontorkan untuk produksi pagar tradisional ini dapat mencapai hingga Rp 5 miliar, yang sepenuhnya akan berputar di ekonomi lokal.
Selain manfaat ekonomi, “Me Eda” juga memperkuat rasa bangga akan budaya lokal di kalangan masyarakat Deiyai. “Kami merasa dihargai, budaya kami dilihat dan diakui,” ujar seorang warga setempat yang ikut terlibat dalam pembuatan pagar.
Tantangan dan Upaya Pelestarian
Namun, ada beberapa tantangan dalam penerapan pagar tradisional ini, seperti persepsi masyarakat yang merasa bahwa elemen tradisional mungkin tidak sesuai dengan tampilan bangunan modern. Untuk mengatasi hal ini, pemerintah daerah bekerja sama dengan masyarakat untuk menambahkan beberapa elemen estetis pada pagar agar tetap terlihat modern dan sesuai dengan kebutuhan bangunan kantor.
Pemerintah juga memberikan pelatihan kepada para pengrajin lokal agar kualitas pagar sesuai dengan standar yang diharapkan. Selain itu, pengrajin didorong untuk memanfaatkan teknologi, seperti penggunaan mesin sensor, agar pengerjaan menjadi lebih cepat dan kualitas pagar meningkat.
Dengan adanya program ini, pemerintah Kabupaten Deiyai berharap dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat melalui penciptaan lapangan kerja, pemberdayaan ekonomi lokal, dan pelestarian budaya Suku Mee yang semakin tergerus oleh modernisasi.
(Dn vp)