Pasaman Barat, CNN Indonesia.id – KSU Hutan Tanaman Rakyat HTR,yang berstatus sebagai penampung hasil kebun masyarakat di Jorong LUBUK BUAYA Nagari Air Bangis Kecamatan Sungai Beremas Pasaman Barat,diduga melakukan tindakan semena mena kepada petani, dengan membeli harga buah sawit di bawah standar.
Investigasi tim media di lapangan mendapati, masyarakat petani sawit yang berada di Jorong Lubuk Buaya dan jorong Ranah Penantian, Nagari Air Bangis ,harus menanggung beban harga sawit yang semena mena dan tidak standar yang di lakukan Peron HTR,
Anto warga Trans Jorong Ranah Penantian Nagari Air Bangis saat ditemui tim awak media mengatakan, “kami warga di paksa harus menjual hasil kebun sawit yang kami tanam sendiri ke peron HTR”, ujarnya.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
“Padahal harga yang di patok jauh di bawa stà ndar, bak kata pepatah Sudah Jatuh di timpa tangga, soalnya pernah kami menjual ke tempat lain yang harganya lebih mahal, namun di upayakan di cekal dan dihadang oleh mereka yang dibeckingi oknum aparat Brimob”. imbuhnya.
“Padahal harga di luaran sudah mencapai 2600/kg nya, namun sawit kami hanya di hargai 1700/kg oleh pengumpul dan pengumpul mereka hargai 1940/kg saat ini,itupun di potong upah muat bongkar Rp.40 sangat jauh selisih harga yang kami terima”. tuturnya.
“Pernah dulu salah satu warga mencoba membawa ke tempat lain, arah prov Sumut,namun di hadang juga oleh oknum aparat,dan akses jalan arah Sumatra Utara telah berdiri pos Polisi, seolah buah tidak boleh di jual kemana mana selain di peron HTR yang berada di Jorong Lubuk Buaya”. ungkapnya.
Hal ini dibenarkan oleh sebagian warga Jorong Ranah Penantian, kebun sawit yang mereka panen adalah hasil dari yang mereka tanam sendiri,dan lahannya pun adalah lahan Transmigrasi yang mereka tempati sejak 1996 sampai kini”.tuturnya.
Hasil rata rata peron HTR di perkirakan mencapai 50 Ton dalam satu hari, kalau di kalkulasikan dengan selisih hampir Rp. 500 saat ini tentu sangat banyak hasilnya”. paparnya.
hal ini juga dirasakan oleh Jumadi salah satu toko masyarakat Jorong Ranah Penantian, yang sudah berpuluh puluh tahun merasakan daerah yang sangat tertinggal, di tambah dengan hasil kebun mereka di beli dengan harga tak layak, sambungnya.
(Samino sam)