Saumlaki (Maluku), CNN Indonesia.id –
Marsel Romrome, S.Fil., politisi muda Partai Golkar Kabupaten Kepulauan Tanimbar (KKT) yang peduli masa depan Tanimbar mengungkap kecemasannya jika masyarakat daerah ini keliru memilih pemimpin baru pada 27 November 2024 mendatang.
Kepada media ini di Saumlaki, Rabu, (30/10/2024), dengan tegas menyampaikan keprihatinan yang dalam atas terjadinya praktek politik uang yang dimainkan oleh salah satu paslon yang terkesan merusak demokrasi bahkan sangat yakin bahwa daerah ini akan semakin terpuruk di tangan pemimpin baru yang terlahir dari pemahaman sempit dan dangkal tentang politik berdasarkan aspek materi (uang) dan kekuasaan semata.
“Kalau kita memilih pemimpin baru (Bupati dan Wakil Bupati) karena sanggup berikan harta dan uang yang banyak sebagai hiburan sesaat, sesungguhnya tipe pemimpin seperti itulah yang akan menjadikan daerah ini semakin terpuruk,” ungkapnya cemas.
Dirinya melanjutkan, ketika pilihan dan suara politik kita terarah kepada tipe pemimpin yang hanya mengutamakan kekuasaan dan politik uang (money politics), sesungguhnya masyarakat Tanimbar sendirilah yang – entah sadar atau tidak, turut merancang keterpurukan dan “sakitnya” daerah ini dalam banyak dimensi.
Ditanya soal pasangan calon (Paslon) manakah yang dicemaskan akan mengandalkan aspek kekuasaan dan politik uang sebagai senjata untuk memenangkan pilkada pada 27 November 2024 nanti, Romrome dengan nada datar berujar singkat bahwa masyarakat adalah akar rumput yang lemah dari aspek ekonomi dan hal ini sudah pasti punya jawabannya.
Atas dasar kecemasannya, Romrome yang juga adalah Pemuda Mandriak yang merupakan persekutuan adat tiga desa yakni Sifnane Omele, Olilit Raya, dan Lauran Kote ini menitipkan harapan terdalamnya kepada seluruh masyarakat di Kabupaten berjuluk Bumi Duan Lolat ini untuk hati-hati memilih pemimpin masa depan Tanimbar.
Ditambahkan, masalah krusial yang terjadi di Bumi Duan Lolat saat ini bukan karena soal miskin extrim, korupsi, atau amburadulnya manajemen birokrasi, dan lainnya lainnya namun hal utama di balik sekian banyak persoalan yang membebani negeri ini adalah masalah kepemimpinan, terangnya
“Apa gunanya kita meluapkan kekecewaan di ruang-ruang publik, setelah harapan yang kita titipkan dan percayakan kepada para dewan daerah terpilih dan atau pasangan pimpinan daerah sebelumnya seakan dikhianati dengan kondisi daerah yang dibiarkan terpuruk hingga hari ini? Lalu, akankah kita mengulangi litani penyesalan yang sama lagi? Jawabannya hanya ada dalam hati kita!” ujar Romrome.
Mengakhiri komentarnya, kader muda partai Golkar Kabupaten Kepulauan Tanimbar dan lulusan Sekolah Tinggi Filsafat Seminari Pineleng Manado – Sulawesi Utara tahun 2011 ini berharap semoga masyarakat tidak terjebak dalam politik pragmatis.
” Artinya, politik pragmatis mengesampingkan nilai-nilai luhur dan kebenaran. Politik pragmatis mengorbankan kerinduan terdalam Generasi Baru Tanimbar, bahkan ada uang ada suara adalah bagian dari politik pragmatis”, tutupnya.
(herry)