Medan, CNN Indonesia.id – Senin (6/10) – Aksi pemotongan pohon penghijauan di depan Vihara Go Ya Koong, Kelurahan Titipapan, menuai kecaman dari warga dan pengurus vihara. Salah satu tokoh masyarakat setempat, Aguan (62), menyayangkan tindakan yang diduga dilakukan oleh oknum preman atas suruhan pejabat lingkungan.
Saat ditemui wartawan di lokasi vihara, Aguan menyebut bahwa tindakan ini mencederai semangat penghijauan yang selama ini dijaga oleh warga sekitar. “Ini sangat kami sayangkan. Pohon ini sudah tumbuh besar dan menjadi bagian dari kesejukan lingkungan,” ujarnya.
Asiong, pengurus Vihara sekaligus penanam pohon tersebut, juga sangat kecewa dan mengecam tindakan yang dianggap tidak bertanggung jawab. Ia berharap agar pelaku diproses secara hukum sebagai efek jera. “Menebang pohon itu harus ada izin dari DLH (Dinas Lingkungan Hidup). Saya sudah tanam pohon itu sejak 8 tahun lalu. Minggu lalu ada yang datang mengatasnamakan pemilik toko elektronik, minta izin potong pohon. Saya tolak. Saya bilang kalau mau potong rantingnya, silakan, tapi jangan pohonnya,” tutur Asiong.
Namun, kekecewaan besar dialami Asiong saat menerima laporan bahwa pohon tersebut telah ditebang pada pagi hari. “Saya benar-benar kecewa. Ini bentuk pengkhianatan terhadap komitmen menjaga lingkungan,” tambahnya.
Dari hasil penelusuran tim media di lapangan, seorang warga yang enggan disebutkan namanya mengungkapkan bahwa pemotongan dilakukan oleh seseorang bernama Attong, yang menerima bayaran Rp40.000 untuk memotong ranting atas suruhan Agus, Kepala Lingkungan. Agus kemudian disebut memerintahkan Budi untuk menebang pohon secara keseluruhan.
Saat dikonfirmasi, Lurah Titipapan, Irwan Nasution S.STP. M, menyatakan bahwa ia telah memanggil Kepling yang bersangkutan. “Sudah saya panggil kepling-nya. Tapi dia mengaku belum mengetahui siapa yang menebang pohon tersebut. Masih kami dalami,” ujarnya singkat.
Peristiwa ini menyulut reaksi dari warga sekitar yang berharap agar aparat pemerintah lebih tegas terhadap tindakan semena-mena terhadap fasilitas lingkungan. Warga juga meminta adanya tindakan dari pihak Dinas Lingkungan Hidup agar kejadian serupa tidak terulang.(R)